Selasa, 26 Juni 2012

TIGA SERANGKAI


Minggu, 24 Juni 2012

Hening


Sesaat sebelum ujian
Ada yang bergerombol, bercanda
Tanpa beban
Suara mereka terdengar nyaring
Saling bersahutan
Ada yang berkonsentrasi
Membuka-buka buku
Ada yang terdiam membisu
Ada yang sibuk mencari ruangan
Semua terlihat asik dengan dunianya sendiri-sendiri
Bel berdentang
Satu persatu
Pelan namun pasti
Semua memasuki ruang ujian
Hening
Terdiam
Menunggu
Sang pengawas
Membagi lembar jawab dan lembar soal
Yang sudah di nanti
Bermain bersama khayalan
Sibuk dengan pikiran masing-masing
Jemari mulai menari di atas kertas
Hati
Pikiran
Konsentrasi penuh
Tuk dapat menemukan jawaban pasti

Bojong, 23 Juni 2012

Rabu, 20 Juni 2012

HASIL REKAPITULASI UJIAN NASIONAL SD/MI
UPT PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PANINGGARAN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
No
Kode Sekolah
Sekolah
Jumlah NA
Peringkat
1
026
SDN 01 Paninggaran
25.07
1
2
027
SDN 01 Lambanggelun
23.95
2
3
028
SDN 01 Winduaji
21,95
25
4
029
SDN Kaliombo
19.58
27
5
030
SDN Sawangan
19.39
28
6
031
SDN 01 Tenogo
22.50
5
7
032
SDN 01 Domiyang
22.16
11
8
033
SDN 01 Notogiwang
21.35
16
9
034
SDN 01 Kaliboja
20.68
23
10
035
SDN 01 Werdi
20.65
15
11
036
SDN 01 Lomeneng
20.02
26
12
037
SDN Tanggeran
20.97
17
13
038
SDN Krandegan
23.16
4
14
039
SDN 01 Botosari
22.16
8
15
040
SDN Bedagung
19.14
33
16
041
SDN 02 Lomeneng
20.00
21
17
042
SDN 02 Notogiwang
22.23
9
18
043
SDN 02 Tenogo
20.47
20
19
044
SDN 02 Paninggaran
21.97
7
20
045
SDN 02 Domiyang
22.92
3
21
046
SDN 02 Lambanggelun
19.03
31
22
047
SDN 03 Paninggaran
22.68
6
23
048
SDN 02 Botosari
19.75
19
24
049
SDN 02 Kaliboja
20.69
22
25
050
SDN 02 Werdi
21.39
12
26
051
SDN 02 Winduaji
21.23
14
27
052
SDN 03 Lambanggelun
20.87
13
28
053
MIS Paninggaran
20.68
24
29
054
MIS Pejarakan
21.03
18
30
055
MIS Sawangan
20.19
29
31
056
MIS Lomeneng
20.11
30
32
057
MIS Krandegan
19.32
32
33
058
MIS Winduaji
21.82
10

Paninggaran, 16 Juni 2012

Minggu, 10 Juni 2012

Case Study 2010

”Sulitnya Anak Memparafrasekan Puisi”

                        SD Negeri 01 Botosari, di sinilah saya mengajar sejak tahun 2007. Sebuah SD yang berada dibawah bukit dan sejauh mata memandang yang terlihat adalah barisan bukit yang berjajar dengan indahnya  dan menyejukkan hati bila dipandang itu menurut pendapat saya. Namun keadaan SD tidak sebegitu indah dengan barisan bukit di atasnya.
Ruang kelas hanya ada empat ruangan dengan keadaan yang tidak begitu baik dan dua ruang kelas di sket menggunakan triplek. Masuk keruangan kelas tidak begitu menyenangkan, ruangan kelas yang sempit, dindingnya yang kusam, dan banyak bangku juga meja siswa yang rusak membuat para siswa tidak nyaman untuk melakukan kegiatan belajar mengajar.
Mengajar di SDN 01 Botosari merupakan suatu tantangan bagi saya karena saya dituntut untuk mengajar anak-anak dengan keadaan kelas yang hanya dipisahkan oleh  sket yang berupa triplek, bisa dibayangkan bagaimana merdunya suara guru lain yang ada didekat kelas saya sampai terdengar begitu jelas ditelinga dan saya akui kondisi kelas yang seperti ini mampu menyurutkan tekad dan semangat saya. Tapi sekali lagi ini adalah suatu tantangan dan saya harus bisa.
Hari ini rabu, 27 Januari 2010, tepat pukul 07.15, bel sekolah berbunyi. Para siswa segera bergegas menuju kelas masing-masing. Demikian juga para guru mulai memasuki kelas sesuai dengan kelas masing-masing. Demikian juga saya, segera memasuki ruang kelas VI.
Pagi itu saya mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang aprsisasi  sastra, yaitu memparafrasekan puisi. Pada kegiatan pembelajaran tersebut siswa tidak hanya dituntut mampu membaca puisi dengan penghayatan dan ekspresi yang baik, tetapi juga harus mampu mengubah puisi menjadi sebuah cerita atau prosa.
Setelah mengabsen kehadiran siswa saya memulai dengan mengajukan sebuah pertanyaan, “ Anak-anak, siapa di antara kalian yang senang membaca puisi ? ”
Hampir semua anak yang berjumlah dua puluh  dua siswa mengacungkan tangan. Beberapa siswa ada yang tidak mengangkat tangannya.
                        ” Kenapa kamu tidak suka membaca puisi, Yaudin ?”
                        ” Malu, bu ! ”
                        ” Kalau kamu Tiwi ? ”
                        ” Tidak tahu artinya bu, jadi sulit membacanya.”
                        ” Baik, anak-anak, supaya kita bisa senang  membaca puisi memang harus tahu arti yang terkandung dalam puisi tersebut. Kata-kata dalam sebuah puisi memang bisa mempunyai arti yang berbeda-beda sesuai dengan maksud pengarangnya. Coba kalian dengar dengan baik puisi yang
akan Ibu bacakan berikut. Pada akhir kegiatan ini nanti kalian harus bisa mengetahui arti yang terkandung di dalamnya dengan cara menyusun kembali puisi ini ke dalam bentuk cerita bebas atau yang disebut membuat parafrase.
Kemudian saya membacakan puisi berjudul ” Semalam di Medan Laga ” dengan penuh penghayatan dan ekspresi. Anak-anak tampak mendengarkan dengan penuh perhatian. Mereka bertepuk tangan begitu saya selesai membacakan puisi tersebut. Saya berharap mereka memberikan tepuk tangan secara ikhlas. Kemudian saya minta beberapa siswa supaya membacakan puisi tersebut di depan kelas. Saya sangat senang karena beberapa siswa dapat membacakan puisi dengan tidak malu-malu dan berekspresi. Tetapi ada juga siswa yang masih malu dan tak berani menatap ke depan. Ada juga siswa yang membaca dengan vokal yang tidak jelas. Tapi itu tak menjadi masalah utama. Dalam pembelajaran ini yang penting siswa dapat mengetahui arti yang terkandung dalam sebuah puisi. Kemudian saya memulai pelajaran bagaimana memparafrasekan puisi dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut :
            ” Nah, anak-anak, apakah kalian tahu arti dari kalimat  Kini mentari menyambut mesra ” Ternyata anak-anak tidak serta merta dapat menjawab. Saya sengaja membiarkan mereka tampak merenung untuk mencari jawabannya. Karena tak ada satu pun yang menjawabnya, saya berusaha memberikan pancingan dengan pertanyaan berikut,
            ” Anak-anak, siapakah yang dimaksud dengan kata mentari dalam baris puisi tersebut ?”
                        ” Matahari, bu ! ” Jawab mereka serempak.
                        ” Baik. Apakah mentari benar-benar menyambut mesra ? ” Mereka terdiam sejenak.
                        ” Tidak, bu . mentari tidak bisa menyambut mesra.” jawab salah seorang siswa.
                        ” Bagus. Kalau begitu, Kini mentari menyambut mesra yang dimaksud dalam puisi tersebut artinya apa, ya ? Mungkin kamu bisa mengartikannya ? ” Tanyaku pada siswa yang baru saja memberikan jawaban tadi.
                        Sampai beberapa waktu tak ada siswa yang mau memberikan makna dari kata yang diutarakan tersebut. Akhirnya saya harus membimbing siswa mencari makna denotasi dari setiap kata kias yang ada dalam puisi Semalam di Medan Laga. Tentu saja saya juga harus membimbing mereka memilih kata-kata kias yang ada dalam puisi tersebut. Setelah semua kata konotasi diterjemahkan ke dalam arti kata sesungguhnya, saya meminta siswa membuat  sebuah paragraf berdasarkan arti kata-kata tersebut. Tentu saja dalam kegiatan tersebut saya terus berusaha membimbing siswa yang masih merasa kesulitan merangkaikan kata-kata ke dalam kalimat yang luwes.
            Kemudian, saya minta beberapa siswa membacakan hasil karangan atau parafrasenya di depan kelas. Berdasarkan parafrase itu para siswa diajak untuk memaknai puisi yang
baru saja dibacanya. Sebagian siswa sudah mampu membuat parafrase yang cukup baik, namun masih ada juga yang belum. Tapi itulah yang sudah dapat diperoleh melalui pertemuan pada pagi itu.
            Pada akhir pembelajaran setelah evaluasi dari dua puluh dua siswa, hanya 5 orang siswa yang mendapatkan nilai 80, 8 orang siswa mendapatkan nilai 75, 2 orang siswa mendapatkan nilai 65. Sementara 7 orang mendapatkan nilai 60.
            Setelah selesai pembelajaran ada beberapa pertanyaan yang mengendap dalam hati yang tak mampu terjawab. Mengapa tidak semua siswa bisa memparafrasekan puisi secara baik ? Apa upaya yang sebaiknya dilakukan oleh saya agar pembelajaran apresiasi puisi ini bisa berhasil lebih baik lagi ! Apakah kondisi kelas yang tidak kondusif ini juga menyebabkan siswa jadi susah untuk berfikir?