Rabu, 24 Oktober 2012

Sebuah Tantangan

Kutelusuri jalanan yang sama, jalanan berliku dengan pohon-pohon karet yang tampak tegak berjajar bagaikan barisan pasukan sedang patroli. Tak berapa lama sampailah aku ditempat tugasku yang baru, sebuah sekolah dasar di daerah pegunungan dengan berbagai etnik yang ada, disini aku diminta untuk mengajar kelas 3 dengan jumlah siswa 24 anak. Bukanlah hal yan gampang bagik untuk mengajar kelas bawah dengan tematiknya karena jujur ari awal pengangkatan aku sudah terbiasa untuk mengajar kelas atas yaitu kelas 4, 5 atau 6. Dengan semangat "AKU PASTI BISA" dan kenyakinan penuh aku masuki kelas ini, kesan pertama rapi dan bersih. Anak-anak juga tertib dan tenang, mungkin karena aku guru baru sehingga mereka masih malu-malu kucing atau memang itu sudah sifat mereka di dalam kelas. Aku perkenalkan diriku dihadapan mereka, kemudian untuk mengenal satu persatu anak didik baruku, aku buka buku daftar absen, kemudian mengabsen mereka satu persatu. Awalnya tak ada yang aneh, aku lihat satu persatu anak didikku mereka tetap tenang dan tertib. Aku buka pelajaran dengan membaca, agar lebih tahu kemampuan mereka aku meminta mereka untuk maju satu persatu membacakan sebuah cerita yang sudah aku siapkan, sdikit tercenung ternyata diantara 24 anak didikku, ada 2 anak yang mengalami kelainan, mereka terbelakang dan untuk menulispun mereka tidak bisa apalagi membaca. Aku coba tanyakan pada guru sebelumnya tentang mereka dan memang 2 anak didikku itu memang sudah seperti itu dari dulu, bagi orang tua mereka, mereka mau bersekolah sudah merupakan kebanggaan sendiri. Aku coba merenung apa dan bagaimana caraku mengajar mereka, karena biar bagaimanapun aku tidak mungkin menganggap mereka tidak ada dikelasku, dan bagaimanapun juga mereka butuh perhatian yang lebih dariku sebagai guru mereka? Sebuah tantangan yang benar-benar menantang ? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar