Beberapa
meter dari tempatku mengajar ku hentikan laju montorku, kabut tebal menutupi
pandangan mata namun gak tau mengapa aku ingin berhenti sejenak. Ku standarkan
montorku dan duduk manis diatasnya tak kupedulikan dinginnya udara yang
perlahan menusuk pori-pori. Males banget ambil jaket yang sudah nongkrong di
dalam jok montor, ku coba nikmati saja sensasi dingin yang membelai lembut
kulit. Perlahan ku tarik nafasku, ups... beberapa tugas yang belum
terselesaikan membuatku jenuh dan penat, pengen sejenak rileks menikmati
pemandangan yang terhampar di depanku. Kalau mau jujur pengene sih nyemplung
dilaut and berendem plus menikmati debur ombak “SANG OMBAK TAK PERNAH INGKAR COY ... SELALU SETIA AND TAK PERNAH LUPA
ATAU JENUH MANJAEN SANG PANTAI”. Wuih ... seandainya saja aku sang pantai,
hahahaaaaa ..... khayalan tingkat tinggi .... tapi gak papa juga sih sesekali
berkhayal gratis ini gak perlu bayar. Kabut masih saja setia temaniku,
membuatku tak bisa melihat apa yang terhampar di depanku, pengen triak takut
disangka stress, yo lebih baik diem ae seperti patung.
Tiba-tiba
Hpku berdering, ku buka dan kuangkat. Diseberang tampak suara lembut dari mas, “BU
JEMPUT” mau tak mau yo rus segera mluncur ke bawah atau mas bakalan mutung plus
ngambek. Mas sudah mulai UKK jadi pulange lebih awal dan lebih suka menelponku
dari pada pulang bareng dengan mobil jemputan yang otomatis pulange lebih
siang. Sementara ini aku turuti saja apa mau jagoanku dan sedikit aku manjakan
biar mas konsen and gak rewel belajarnya. Ku laju montorku tuk segera menyongsong sang
jagoan, sang buah hati tercinta pelipur lara dan pengobat duka. Jagoanku memang
“ANUGERAH TERINDAH”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar